Thursday, August 29, 2013

Manusia Yg Mendapat Doa Para Malaikat


Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diredhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati kerana takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Berikut adalah senarai orang - orang yang mendapat doa oleh para malaikat:

1. ORANG YANG TIDUR DALAM KEADAAN BERSUCI.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan kerana tidur dalam keadaan suci'" (Hadith ini disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Sahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. ORANG YANG MENUNGGU SOLAT.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang di antara kamu yang duduk menunggu solat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia" (Sahih Muslim no. 469)

3. ORANG YANG BERADA DI SAF HADAPAN KETIKA SOLAT.


Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra' bin 'Azib ra., bahawa Rasulullah SAW telah bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada orang - orang yang berada pada saf - saf terhadapan" (Hadith ini disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Sahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. ORANG YANG MENYAMBUNG SAF


(tidak membiarkan kekosongan di dalam saf). Para Imam iaitu Ahmad , Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu berselawat kepada orang - orang yang menyambung saf - saf" (Hadith ini disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Sahih At Targhib wat Tarhib I/272)


5. KETIKA SEORANG IMAM SELESAI MEMBACA AL FATIHAH.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahawa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', kerana barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang lalu" (Sahih Bukhari no. 782)


6. ORANG YANG DUDUK DI TEMPAT SOLATNYA SETELAH MELAKUKAN SOLAT.


Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahawa Rasulullah SAW bersabda, " Para malaikat akan selalu berselawat kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di tempat solat di mana ia melakukan solat, selama ia belum batal wudhu'nya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir mensahihkan hadith ini)


Kisah Mutiah Wanita Ahli Surga



"Kisah Mutiah..wanita ahli surga.."Setelah Rasulullah menyebutkan, bahwa wanita yang dimaksud berada dipinggiran kota Madinah, maka keesokan harinya Fatimah pergi menuju rumah Mutiah. dalam hati Fatimah timbul pertanyaan apakah gerangan yang menyebabkan Mutiah kelak menjadi wanita penghuni surga pertama ? Bagaimana

ketaqwaannya kepada Allah ? Bagaimana ibadah dan mu’amalatnya sehari-hari ? Dan bagaimanakah pula ketaatannya kepada suami sebagai seorang istri ?


http://1.bp.blogspot.com/-IvcP0v_FisA/UQ5FS3y7CXI/AAAAAAAAAGs/i7JQ3VxMvqo/s320/Kisah+Mutiah+Wanita+Ahli+Surga1.jpg
Di pagi yang cerah, di saat sinar matahari mulai merekah menyinari kota Madinah, terekam sebuah episode bersejarah. Tentang Fatimah, yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ” Ya Rasulullah, siapakah gerangan selain Ummul Mu’minin, wanita pertama yang masuk Surga ?” Rasulullah menjawab, ” Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui siapa wanita yang pertama masuk surga nanti selain Ummul Mu’minin, Mutiah-lah orangnya.”
“Siapakah Mutiah itu, ya Rasulullah ?” tanya Fatimah. rasanya nama itu asing bagiku. Karena aku bukan hanya ingin tahu, tapi juga ingin bertemu dengannya. Dimanakah ia berada ?”

Fatimah bersusah payah keliling kota Madinah mencari rumah Mutiah, bayangkan mencari alamat yang tidak tepat, disamping tidak terkenal orangnya. Hampir seharian Fatimah baru menemukan rumah Mutiah, setelah
masuk kampung keluar kampung, bahkan menaiki gunung. Ia berdua dengan putranya “Hasan” yang sengaja dibawanya untuk teman di perjalanan agar tidak sendirian.

Berhari – hari Fatimah berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW itu tinggal, Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya Fatimah mengetahui keberadaan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.
Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib maka Fatimah dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari…. Sesampainya di rumah Mutiah maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah…. dengan mengucapkan salam…
Assalaamu’alaikum ya ahlil bait…..
Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita…. Wa ‘alaikassalaam War. Wab….. Man anti …. Siapakah diluar ?… lanjutnya bertanya..
Fatimah menjawab… Saya Fatimah putri Muhammad SAW…..
Alhamdulillah…. hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta…
Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya….. dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki – lakinya yang masih kecil ( dalam riwayat masih berumur 5 tahun )… maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali…. maka terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu….

Ada apa gerangan wahai Mutiah….kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu…. apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahmi kepadamu ?…….
Mutiah dari balik pintu dalam rumahnya menjawab….. Wahai putri Nabi… bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku…. akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki – lakimu Hasan yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan lak – laki kerumahnya ketika suaminya tidak ada dirumah dan tanpa ijin suaminya..
Walaupun Hasan anakmu masih kecil tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah…. kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku….
Tersentaklah Fatimah Az Zahra mendengarkan kata – kata wanita mulia ini bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW….akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak…dan merencanakan akan kembali besok hari….
Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya…yang akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein… dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Hesein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan….
Namun ketika berada didepan rumah Mutiah maka kejadian pada hari pertama terulang kembali…. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya…..
Semakin galau hati Fatimah memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya…
Pada hari yang ketiga kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang kerumah Mutiah pada sore hari… namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangakan dia karena kagum…. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik tang dipunyai dengan bau yang harum sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona….
Dalam kondisi seperti itu Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap – siap menyambutnya…. Subhanallah… kita merindukan istri yang demikian yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi… sudah berdandan…sudah memakai pakaian yang bagus…. dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang….. Ya Allah… jadikanlah istri – istri kami seperti Mutiah….
Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah…. dan pada hari yang ke empat…. Fatimah Az Zahra datang kembali kerumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada dirumah atau sudah pulang dari kerja….dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang suami Mutiah baru saja sampai dirumah pulang dari kerja…
http://1.bp.blogspot.com/-MA5m2hP2ekA/UQ5FahGIgLI/AAAAAAAAAG0/skyP9QHYvLo/s320/Kisah+Mutiah+Wanita+Ahli+Surga.jpg
Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya kerumahnya….. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibandingan dengan yang didapinya sejak hari pertama….. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya…. sambil menuntun suaminya ke kamar mandi…. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya…. Subhanallah….stumma Subhanallah…..
Selesai memandikan saminya…. Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan….. dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian…. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan Mutiah masuk kedalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan….
Wahai suamiku…. seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu…. sekiranya engkau tidak menyukai… dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat…. maka cambuklah diriku…..

(MasyaAllah…)

Tanpa bertanya apa – apa Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW ketika bertanya siapa wanita yang pertama masuk syurga setalah para istri Nabi…. Mutiah….
Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang SHOLIHAH…. seperti yang ada pada diri MUTIAH….. yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki syurga Allah SWT.

“….. Seorang tidak dianggap menyempurnakan kewajibannya kepada Allah, sehingga ia menyempurnakan seluruh kewajibannya kepada suaminya”. (HR. Thabarani)


Kisah Cinta Ali dengan Fatimah Azzahra



Bismillaahirrohmaanirrohiim.. 

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’
Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”

Kemudian Nabi saw bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”

Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.”


Gambaran Manusia Berdosa Di Padang Masyar


BERWAJAH KERA 
Suka menabur fitnah sesama manusia
BERWAJAH KHINZIR (babi) 
Suka memberi & menerima rasuah
BUTA KEDUA BELAH MATA 
Hakim yang zalim ketika menjatuhi hukuman
PEKAK DAN BISU 
Suka menunjuk-nunjuk amal ibadat & kebajikan yang dilakukan kepada orang
 lain.
TUBUH YANG MENGALIR NANAH & DARAH YANG AMAT BUSUK SERTA MENIKAM LIDAHNYA BERULANG KALI 
Golongan yang berilmu & mengajar orang lain tetapi perbuatannya sendiri tidak sama dengan apa yang dikatakannya.
BADANNYA LUKA SEPERTI DIHIRIS 
Menjadi saksi tetapi berbohong terhadap kebenaran
BERJALAN TERHOYONG-HAYANG SEPERTI CACAT 
Orang yang kedekut membelanjakan sedikit hartanya untuk kebajikan
BERJALAN SEPERTI MABUK 
Orang yang suka bercerita hal-hal dunia didalam masjid
RUPA BADANNYA SEPERTI KHINZIR 
Suka makan riba - orang yang digelar along @ ceti
TIDAK BERTANGAN & TIDAK BERKAKI 
Suka menyakiti @ menyusahkan jiran sekeliling
WAJAH & BADANNYA SEAKAN KHINZIR 
Suka mempermudahkan solat & lalai dalam solatnya hingga sering terlupa
 rukun
PERUTNYA DIPENUHI ULAR & KALAJENGKING YANG SERING MENYENGAT-NYENGAT 
Tidak mahu mengeluarkan zakat terhadap dirinya, pendapatannya, terhadap
 perniagaan & lain-lain zakat
BADANNYA SANGAT BUSUK SEPERTI BAU BANGKAI 
Melakukan maksiat secara sembunyi-sembunyi
TIDAK BERLIDAH & DARAH YANG BUSUK MENGALIR DARI MULUT 
Malas dan jarang mengucap dua kalimah syahadah
BERJALAN KAKI KEATAS & KEPALA KEBAWAH, DARAH DAN NANAH SENTIASA MENGALIR DARI KEMALUAN 
Suka melakukan zina
MUKA HITAM & PERUTNYA DIPENUHI API 
Suka makan harta anak yatim
KULIT DIPENUHI SOPAK & KUDIS 
Orang yang menderhaka kepada kedua orang tuanya

GIGINYA SEPERTI TANDUK LEMBU LIDAH TERJELIR HINGGA KEPERUT, NAJIS & AIRKENCINGNYA SENTIASA MENGALIR KELUAR DARI KEMALUAN 
Orang yang suka minum arak @ segala jenis benda yang menghayalkan
 seperti dadah dan lain-lain.

Tuesday, August 27, 2013

Rasulullah S.A.W bersabda:

"Sesungguhnya seringan-ringan siksaan penghuni neraka pada hari Qiamat ialah seseorang yang diletakkan di bawah dua telapak kakinya bara api neraka sehingga mendidih otak yang ada dikepalanya. (dari sebab panasnya bara api neraka tersebut) Dia mengira bahawa tidak ada orang lain yang lebih dasyat siksaan daripadanya, padahal dialah orang yang paling ringan siksaannya".


- Hadith Riwayat Bukhari & Muslim